
Tvonline.id – Roket Starship SpaceX kembali meledak menjelang uji coba penerbangan orbital. Insiden ini menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi Elon Musk dalam ambisi besarnya menaklukkan Mars.
Starship: Harapan Besar, Risiko Lebih Besar

Proyek Ambisius Menuju Planet Merah
Starship bukan sekadar roket. Ia adalah simbol ambisi Elon Musk untuk menjadikan manusia spesies antarplanet. Roket Starship generasi terbaru milik Roket Starship SpaceX ini dirancang untuk membawa muatan super berat dan manusia menuju orbit rendah Bumi, Bulan, hingga Mars. Dengan tinggi lebih dari 120 meter, Starship adalah Roket Starship terbesar dan terkuat yang pernah dibangun dalam sejarah umat manusia.
Namun, di balik kemegahan desain dan tujuan mulianya, Roket Starship SpaceX juga dikenal karena satu hal lain: serangkaian kegagalan spektakuler. Dan yang terbaru terjadi hanya beberapa saat sebelum uji coba keempatnya.
Meledak di Fase Pra-Peluncuran
Kebocoran bahan bakar di bagian booster bawah diyakini menjadi pemicu utama ledakan yang terjadi saat prosedur pengisian bahan bakar jelang uji coba. Percikan api terlihat di sekitar pangkal roket sebelum api membesar dan sistem darurat otomatis mengaktifkan prosedur penghentian total.
Rekaman dari pengamat independen memperlihatkan kobaran api dan asap pekat selama lebih dari dua menit sebelum tim pengendali mengonfirmasi bahwa Starship mengalami anomali kritis yang menyebabkan destruksi total.
Rekam Jejak Ledakan Starship Sebelumnya

Tidak Pertama Kali, Tapi Tetap Mengejutkan
Meski insiden ini bukan pertama kalinya Roket Starship SpaceX mengalami kegagalan, publik dan komunitas teknologi luar angkasa tetap menyoroti peristiwa ini secara serius. Berikut kronologi singkat ledakan besar sebelumnya:
- SN1 – SN4 (2020): Gagal saat pengujian tekanan tangki bahan bakar.
- SN8 (Desember 2020): Meledak saat fase pendaratan.
- SN9 dan SN10 (2021): Sama-sama gagal mendarat dengan stabil.
- Flight Test 1–3 (2023–2024): Meledak di udara karena kehilangan kendali.
Ledakan terbaru ini, meskipun terjadi di tahap ground test, tetap menambah daftar panjang tantangan teknis yang harus diatasi.
Musk: “Lebih Baik Meledak Sekarang Daripada Saat Mengangkut Nyawa”
Elon Musk, lewat akun media sosialnya, mengonfirmasi insiden tersebut dan menyebut bahwa setiap kegagalan adalah pelajaran mahal namun penting.
“Lebih baik Roket Starship SpaceX meledak sekarang saat masih kosong daripada nanti saat mengangkut manusia,” tulisnya. Pernyataan ini memicu pro dan kontra, terutama soal pendekatan “trial and error” yang sangat khas dari SpaceX.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Kebocoran Sistem Oksigen Cair Diduga Pemicu Awal
Menurut sumber internal Roket Starship SpaceX dan laporan pengamat independen, kebocoran kecil pada sistem pemompaan oksigen cair diduga menjadi titik awal ledakan. Oksigen cair sangat mudah terbakar jika bertemu suhu tinggi atau percikan listrik statis. Kondisi cuaca dan suhu ekstrem di fasilitas Boca Chica, Texas, juga disorot sebagai faktor pendukung terjadinya malfungsi.
Sistem Deteksi Anomali Bekerja, Tapi Tidak Cukup Cepat
Roket Starship SpaceX mengklaim bahwa sistem deteksi otomatis bekerja sesuai fungsi, memutus suplai bahan bakar dan mengaktifkan ventilasi darurat. Namun, ledakan tetap terjadi lebih cepat dari sistem bisa bereaksi penuh. Beberapa analis menyebut, insiden ini menunjukkan bahwa meskipun teknologinya canggih, elemen risiko Starship masih sangat tinggi.
Dampak Terhadap Misi Starship dan Target Mars
Uji Coba Berikutnya Bisa Mundur Hingga Akhir Tahun
Insiden ini diperkirakan akan menunda rencana uji coba orbital berikutnya. Roket Starship SpaceX sebelumnya menargetkan uji penerbangan penuh ke luar angkasa dalam semester kedua tahun ini. Dengan ledakan ini, tim engineering perlu membongkar ulang sistem bahan bakar dan struktur bawah.
Tekanan Meningkat dari NASA dan Regulator
Sebagai mitra NASA dalam misi Artemis menuju Bulan, Roket Starship SpaceX memiliki kontrak besar untuk mengembangkan varian Starship sebagai pendarat bulan. Dengan serangkaian kegagalan, regulator seperti FAA (Federal Aviation Administration) dan NASA dipastikan akan memberikan evaluasi lebih ketat terhadap jadwal uji terbang lanjutan.
Bukan hanya jadwal ke Mars yang mundur, tetapi kepercayaan terhadap kelayakan Starship juga kembali diuji.
Tanggapan Komunitas Teknologi dan Luar Angkasa

Dukungan: Kegagalan Adalah Proses Wajar Inovasi
Banyak tokoh industri luar angkasa dan insinyur mengungkapkan bahwa kegagalan adalah bagian tak terhindarkan dari inovasi, terlebih untuk proyek sebesar ini. Pendekatan Roket Starship SpaceX yang mengedepankan iterasi cepat dan perbaikan segera dianggap lebih progresif dibanding pendekatan konservatif.
Kritik: Risiko Tinggi Tidak Boleh Jadi Pembenaran
Namun, di sisi lain, sejumlah kalangan menyuarakan kekhawatiran tentang keamanan jangka panjang. Membangun sistem sekompleks Starship, dengan muatan manusia dan material bernilai tinggi, membutuhkan bukan hanya keberanian, tapi juga presisi luar biasa. Kritik ditujukan pada kecenderungan SpaceX yang terkadang mengorbankan keamanan demi kecepatan.
Data Singkat Tentang Starship dan Uji Coba Terakhir
Komponen | Detail |
---|---|
Nama Roket | Starship (Full Stack + Booster Super Heavy) |
Tinggi Total | ± 121 meter |
Kapasitas Muatan | Hingga 150 ton (reusable mode) |
Bahan Bakar | Methalox (metana + oksigen cair) |
Lokasi Uji Coba | Boca Chica, Texas |
Status Uji Terakhir | Gagal sebelum lepas landas |
Perkiraan Kerugian | Belum dirilis, namun ditaksir puluhan juta USD |
Mimpi Menuju Mars Masih Panjang
Kegagalan roket Starship milik SpaceX Elon Musk meledak lagi jelang uji coba adalah pengingat bahwa eksplorasi luar angkasa bukanlah jalan mulus berisi pujian semata. Di balik impian kolonisasi Mars, terdapat proses teknis rumit, risiko tinggi, dan harga yang harus dibayar dengan waktu, biaya, dan kadang—ledakan.
Sebagai pengamat dan penggemar teknologi antariksa, saya pribadi melihat momen ini bukan sebagai akhir, tetapi titik refleksi. Inovasi sejati tidak lahir dari zona nyaman, dan SpaceX sedang membuktikannya. Tapi publik pun berhak bertanya: seberapa sering kita harus melihat ledakan, sebelum akhirnya benar-benar terbang ke Mars?