
Sosok Mahathir Mohamad: Panjang Umur, Tajam Pikiran
Tvonline.id – Nama Tun Dr. Mahathir Mohamad tak asing lagi di kancah politik Asia Tenggara. Sebagai mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir telah dua kali memimpin negeri jiran dalam dua era berbeda dan mencatat sejarah sebagai pemimpin tertua di dunia saat menjabat kembali pada 2018.
Kini, di usianya yang genap 100 tahun pada Juli 2025, Mahathir Mohamad kembali mencuri perhatian bukan karena urusan politik, melainkan karena kondisi kesehatannya yang luar biasa untuk orang seusianya. Ia tetap aktif, rajin membaca dan menulis, serta—yang paling menarik tidak terlihat seperti orang yang membawa beban usia seabad.
Dalam wawancara terbaru yang tayang di TV3 Malaysia dan disambut liputan luas di Asia, Mahathir Mohamad membagikan tips sederhana tapi bernilai tinggi soal cara mengatasi stres, menjaga ketenangan pikiran, dan hidup panjang dengan kualitas hidup tinggi.

1. Jangan Simpan Dendam, Itu Racun Utama untuk Jiwa
Emosi Negatif = Energi Buruk untuk Tubuh
Salah satu hal pertama yang Mahathir Mohamad tekankan dalam wawancaranya adalah pentingnya melepaskan dendam dan tidak berlarut-larut dalam kebencian. Ia mengaku bahwa selama kariernya, ia menghadapi banyak tekanan, fitnah, dan pengkhianatan politik, namun ia tidak pernah membiarkan itu menjadi beban jangka panjang.
“Saya tidak menyimpan dendam. Kalau kita marah terus, kita sendiri yang lelah. Saya lebih suka berdamai dengan pikiran sendiri,” ujar Mahathir.
Menurut berbagai studi kesehatan mental, emosi negatif yang ditekan bisa menyebabkan stres kronis, memicu penyakit autoimun, gangguan jantung, bahkan mempercepat penuaan sel.
Dengan memilih memaafkan, Mahathir menunjukkan bahwa kesehatan mental berakar dari pilihan sadar untuk tidak mengikat diri pada masa lalu.
2. Tetap Aktif dan Produktif, Meski Sudah Tak Menjabat
Bergerak dan Berpikir Adalah Obat Anti-Stres Alami
Meski tak lagi menjabat sebagai perdana menteri, Mahathir Mohamad tetap aktif. Ia menulis opini, berdiskusi dengan ilmuwan, bahkan ikut menyumbangkan pandangan soal pendidikan dan reformasi ekonomi.
Ia mengaku tidak mengikuti olahraga ekstrem, namun berjalan kaki setiap pagi, membaca koran fisik, dan sesekali menulis jurnal atau artikel opini untuk media.
Stimulasi otak dan aktivitas fisik ringan telah terbukti dalam banyak riset sebagai salah satu cara terbaik menekan hormon kortisol (hormon stres) dan meningkatkan kadar dopamin serta serotonin—dua hormon bahagia.
“Badan harus digerakkan. Kalau kita hanya duduk diam, mudah lesu. Otak pun bisa beku,” kata Mahathir dalam logat khasnya.
Kuncinya bukan menjadi atlet, melainkan tetap terlibat secara aktif dalam kehidupan, sekecil apapun bentuknya.
3. Makan Secukupnya, Bukan Ikut Tren
Pola Makan yang Konsisten dan Tidak Emosional
Salah satu kesalahan banyak orang modern, menurut Mahathir Mohamad , adalah menjadikan makanan sebagai pelarian stres. Makanan manis, cepat saji, dan porsi berlebih justru menjadi pemicu peradangan dan tekanan darah tinggi.
Mahathir memilih makan secara sederhana dan terukur:
- Nasi putih atau nasi merah dalam porsi kecil
- Ikan laut atau ayam kukus sebagai sumber protein
- Sayuran segar seperti bayam, sawi, dan wortel
- Sangat jarang makan gorengan, daging berlemak, atau makanan olahan
Ia tidak pernah mengikuti tren diet keto, carnivore, atau vegetarian ekstrem. Sebaliknya, ia menekankan bahwa makan secukupnya dan sesuai jam adalah kunci utama kesehatan jangka panjang.
“Saya makan hanya saat lapar. Bukan karena bosan atau stres,” ungkapnya.
4. Tidur Awal dan Jauh dari Gadget di Malam Hari

Kualitas Tidur Tentukan Kualitas Pikiran
Mahathir Mohamad adalah contoh hidup dari manusia yang memiliki kualitas tidur optimal. Ia tidur sebelum pukul 10 malam dan bangun antara pukul 5–6 pagi setiap hari.
Ia tidak menggunakan ponsel saat akan tidur dan tidak membaca berita negatif sebelum tidur.
Kebiasaan ini membantu Mahathir menghindari overthinking, menjaga produksi melatonin tetap stabil, dan membiarkan tubuh melakukan detoks alami saat malam hari.
“Kalau pikiran masih sibuk saat tidur, tubuh tidak benar-benar istirahat,” katanya tegas.
Ini sejalan dengan riset modern yang menyebut blue light dari gadget memperburuk kualitas tidur, yang berujung pada naiknya tingkat stres dan kelelahan emosional.
5. Hindari Lingkungan yang Memicu Konflik
Circle Sehat, Mental Ikut Sehat
Mahathir Mohamad memilih bergaul dengan orang-orang yang memberikan diskusi sehat, humor ringan, dan komunikasi yang membangun. Ia menghindari grup atau pertemuan yang penuh drama dan kompetisi.
Menurutnya, lingkungan sosial menentukan suasana batin seseorang.
“Kalau di sekitar kita penuh pertikaian, kita pun bisa ikut lelah,” ujarnya.
Psikologi modern menyebut ini sebagai “social energy hygiene”, yaitu menjaga agar interaksi sosial kita tidak menyedot energi secara berlebihan. Mahathir menerapkannya jauh sebelum istilah itu populer.
6. Terus Belajar dan Jangan Merasa Tahu Segalanya
Otak yang Selalu Belajar Tidak Mudah Stres
Meski sudah sepuh, Mahathir Mohamad mengaku masih belajar. Ia membaca artikel akademik, jurnal kesehatan, dan sejarah dunia hampir setiap hari. Ini menjaga elastisitas otaknya tetap optimal, membuatnya terhindar dari demensia dan stres akibat rasa “ketinggalan zaman”.
Ia percaya bahwa orang yang berhenti belajar akan mudah frustrasi, karena merasa kehilangan makna hidup.
“Belajar itu bukan hanya untuk muda. Saya belajar agar tidak jadi tua yang beku,” katanya sambil tersenyum.
7. Jaga Pikiran Tetap Ringan, Jangan Serius Terus
Humor dan Bersyukur adalah Obat Hati
Mahathir Mohamad juga percaya bahwa rasa humor dan bersyukur adalah terapi anti-stres paling ampuh. Ia senang bercanda dengan cucu, menonton acara ringan, dan menikmati alam.

Menurutnya, tidak semua hal harus ditanggapi serius.
“Kadang hidup lebih ringan kalau kita bisa menertawakan hal kecil,” ujarnya santai.
Ini menjadi pengingat penting bahwa kesehatan mental bukan hanya tentang meditasi atau journaling, tapi juga soal membiarkan diri tertawa dan merasa cukup.
Usia Boleh Bertambah, Tapi Kedamaian Batin Bisa Dijaga Sejak Muda
Kisah Mahathir Mohamad di usia 100 tahun bukan hanya inspiratif dari sisi politik dan sejarah, tapi juga pelajaran hidup soal mengelola stres dan menjaga ketenangan pikiran. Dengan gaya hidup disiplin, pikiran yang aktif, dan hati yang ringan, ia berhasil membuktikan bahwa umur panjang bukan soal keberuntungan, tapi soal pilihan hidup.
Sebagai influencer berita kesehatan, saya percaya bahwa apa yang dilakukan Mahathir layak dijadikan panduan hidup sehat mental. Tidak perlu menunggu usia senja untuk mulai mengatur emosi, tidur yang cukup, makan dengan sadar, dan menghindari lingkungan toksik.
Karena pada akhirnya, ketenangan batin adalah bentuk tertinggi dari kesehatan.