
Tvonline.id – Upaya diplomasi regional kembali diuji ketika delegasi tingkat tinggi dari Thailand dan Kamboja bertemu dalam perundingan gencatan senjata resmi di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (28/7). Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari ketegangan bersenjata yang meletus di sepanjang perbatasan kedua negara, khususnya di sekitar kawasan Preah Vihear.
Malaysia, sebagai anggota aktif ASEAN dan negara yang selama ini dikenal netral dalam sengketa kawasan, didapuk sebagai fasilitator utama. Pemerintah Malaysia menyatakan siap membantu kedua negara mencari jalan keluar damai yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Latar Belakang Konflik: Luka Lama yang Kembali Terbuka
Konflik antara Thailand dan Kamboja bukan hal baru. Sengketa perbatasan yang melibatkan wilayah kuil kuno Preah Vihear telah berulang kali menimbulkan ketegangan, bahkan bentrokan senjata, dalam dua dekade terakhir.
Terbaru, baku tembak pada pertengahan Juli lalu menewaskan sedikitnya 5 prajurit dan menyebabkan lebih dari 2.000 warga sipil mengungsi. Infrastruktur di perbatasan rusak, aktivitas ekonomi lumpuh, dan narasi permusuhan menguat di kedua negara.
Ketegangan meningkat ketika kedua pihak mengklaim pihak lain sebagai provokator. Thailand menuduh militer Kamboja melanggar wilayahnya, sementara Kamboja menganggap Thailand melanggar kedaulatan historis.

Delegasi Tingkat Tinggi Hadir di Meja Perundingan
Perundingan di Malaysia ini dihadiri langsung oleh Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai dan Wakil Perdana Menteri Kamboja Prak Sokhonn, dengan pengawasan penuh dari perwakilan Malaysia dan Sekretariat ASEAN.
Pertemuan berlangsung tertutup di Kompleks Putrajaya selama lebih dari lima jam. Suasana disebut tegang namun konstruktif. Kedua belah pihak sepakat untuk mengedepankan dialog dan menahan diri dari aksi provokatif selama proses negosiasi berlangsung.
Menlu Malaysia Zambry Abdul Kadir, dalam konferensi pers usai pertemuan, menyatakan:
“Kami menyambut baik itikad baik dari kedua negara. Malaysia hanya menjadi penghubung, namun keputusan damai ada di tangan Thailand dan Kamboja.”
Fokus Perundingan: Lima Poin Kunci
Berdasarkan dokumen yang diterima redaksi, perundingan tahap pertama ini fokus pada lima isu utama:
- Penetapan zona demiliterisasi sementara di area sengketa.
- Penarikan mundur pasukan bersenjata ke titik aman.
- Pembukaan jalur kemanusiaan dan bantuan logistik bagi pengungsi.
- Penugasan Tim Pemantau ASEAN untuk memverifikasi pelaksanaan gencatan senjata.
- Penjadwalan ulang pertemuan teknis soal batas wilayah sesuai peta yang diakui bersama.
Meskipun belum menghasilkan kesepakatan final, kedua pihak menyatakan komitmen penuh untuk melanjutkan perundingan secara berkala hingga tercapai solusi menyeluruh.
Reaksi Regional dan Internasional
Langkah Thailand dan Kamboja untuk memulai perundingan damai disambut positif oleh banyak pihak. Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn menyebut pertemuan ini sebagai momen penting untuk mengembalikan kepercayaan dan stabilitas kawasan.
Negara-negara seperti Indonesia, Vietnam, dan Singapura memuji peran Malaysia dalam menjembatani konflik. Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa merilis pernyataan resmi mendukung setiap langkah damai dan menyarankan agar hasil perundingan dikawal dengan pengawasan multilateral.
Harapan Warga Perbatasan: Damai Bukan Lagi Janji
Bagi ribuan warga yang tinggal di dekat perbatasan, gencatan senjata bukan sekadar isu geopolitik—tetapi soal hidup dan mati. Banyak dari mereka telah kehilangan rumah, lahan pertanian, bahkan anggota keluarga dalam konflik bersenjata sebelumnya.

Sokha, warga Kamboja berusia 39 tahun, yang kini tinggal di kamp pengungsian sementara, berkata:
“Kami tidak peduli siapa yang benar atau salah. Kami hanya ingin kembali ke rumah dan hidup tanpa takut mendengar suara tembakan.”
Thanawat, petani dari Provinsi Si Sa Ket di Thailand, juga menyampaikan harapan serupa:
“Selama bertahun-tahun kami hidup dalam bayang-bayang konflik. Semoga kali ini benar-benar berakhir.”
Tantangan Selanjutnya: Dari Kesepakatan Meja ke Perdamaian Nyata
Meski proses perundingan telah dimulai, tantangan ke depan tidak sedikit. Sejumlah pengamat menilai bahwa:
- Ketidakpercayaan antara militer kedua negara masih tinggi.
- Isu batas wilayah memerlukan kajian sejarah dan hukum internasional yang panjang.
- Narasi nasionalisme di media masing-masing negara bisa kembali memanaskan suasana.
- Aktor lokal dan kelompok radikal di perbatasan masih bisa menjadi pemicu konflik baru.
Oleh sebab itu, banyak pihak mendesak agar ASEAN segera membentuk misi pemantau khusus dan mendampingi kedua negara hingga perjanjian damai final benar-benar diteken.
Perdamaian Bisa Dimulai di Meja, Tapi Harus Dijaga di Lapangan
Perundingan gencatan senjata Thailand dan Kamboja di Malaysia membuka harapan baru bagi masa depan kawasan. Namun proses damai bukan satu kali pertemuan melainkan rangkaian komitmen jangka panjang, keberanian mengalahkan ego nasional, dan kemauan untuk belajar dari sejarah.
Jika kedua negara mampu menahan diri dan membangun kembali kepercayaan, maka bukan tidak mungkin, konflik puluhan tahun ini bisa berakhir bukan dengan letusan senjata, tapi dengan jabat tangan di meja perdamaian.