
Tvonline.id – Dalam pernyataan terbarunya, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut bahwa akan sangat sulit untuk meminta Israel menghentikan serangannya ke Iran. Pernyataan ini memicu kembali ketegangan opini publik terkait sikap Washington terhadap konflik Timur Tengah.
Pernyataan Trump yang Mengundang Polemik

Disampaikan Saat Wawancara Politik Nasional
Dalam wawancara eksklusif yang ditayangkan oleh salah satu media konservatif Amerika Serikat, Donald Trump diminta mengomentari konflik antara Israel dan Iran yang terus memanas dalam beberapa pekan terakhir. Ketika ditanya apakah Amerika seharusnya menekan Israel agar menghentikan serangannya terhadap Iran, Trump menjawab singkat namun tajam:
“Sangat sulit untuk meminta mereka berhenti. Ketika ada ancaman eksistensial terhadap sebuah bangsa, Anda tidak bisa menyuruh mereka diam.”
Pernyataan ini segera menjadi sorotan internasional, karena disampaikan dalam situasi yang masih sangat sensitif, terutama menyangkut serangan udara Israel ke wilayah Iran yang dilaporkan menargetkan instalasi militer dan fasilitas nuklir.
Tanggapan Terhadap Serangan Balasan Iran
Donald Trump juga menyinggung soal kemungkinan Iran melakukan pembalasan terhadap Israel. Menurutnya, jika serangan Israel berhasil menghentikan program nuklir Iran, maka serangan tersebut bisa dianggap “preventif” dan bukan agresif.
Namun, ia menolak menyebut dirinya mendukung perang terbuka, dan mengklaim bahwa di bawah pemerintahannya, “konflik seperti ini tidak akan pernah terjadi”.
Posisi Amerika Serikat dalam Krisis Israel–Iran

Pemerintah Biden Belum Ambil Sikap Tegas
Sementara Donald Trump mengeluarkan pernyataan terbuka, Presiden Joe Biden justru belum mengeluarkan tanggapan resmi terkait operasi militer Israel yang makin intens. Beberapa pejabat Gedung Putih hanya menyatakan bahwa “Amerika Serikat mendukung hak Israel untuk membela diri”, namun tidak menjelaskan apakah Washington secara aktif mendorong deeskalasi atau justru memberikan lampu hijau secara diam-diam.
Hal ini membuat publik Amerika terpecah. Di satu sisi, pendukung Israel menyebut bahwa Donald Trump konsisten membela sekutu lama AS di Timur Tengah. Di sisi lain, kalangan progresif mengkritik bahwa retorika Trump hanya akan memperpanjang konflik bersenjata yang berdampak pada warga sipil.
Hubungan Strategis AS–Israel dalam Sorotan
Israel merupakan sekutu militer utama Amerika di Timur Tengah. Dukungan AS terhadap Israel telah berlangsung selama puluhan tahun dalam bentuk bantuan militer, teknologi pertahanan, hingga dukungan diplomatik di forum internasional.
Namun, dalam konflik yang melibatkan Iran—negara dengan kepentingan strategis bagi Rusia dan China—AS terjebak dalam posisi sulit. Jika Washington terlalu dekat dengan Tel Aviv, risiko eskalasi regional menjadi semakin tinggi. Di sinilah pernyataan Trump mendapat perhatian: karena bisa dianggap sebagai sinyal bahwa di bawah pemerintahannya, AS mungkin akan lebih permisif terhadap tindakan militer Israel.
Respon Internasional Terhadap Pernyataan Trump

Iran: Pernyataan Trump Hanya Menambah Bahan Bakar Konflik
Menteri Luar Negeri Iran langsung merespons ucapan Donald Trump dengan menyebutnya sebagai “retorika provokatif yang membahayakan stabilitas regional”. Iran menuduh Amerika Serikat memfasilitasi agresi Israel dan tidak sungguh-sungguh mengupayakan perdamaian.
Media pemerintah Iran menyebut Trump sebagai “arsitek ketegangan lama”, merujuk pada kebijakannya keluar dari kesepakatan nuklir JCPOA pada 2018 saat masih menjabat presiden.
Eropa dan Dunia Arab Menyerukan Deeskalasi
Beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Prancis mengeluarkan pernyataan bersama agar semua pihak, termasuk Israel dan Iran, menahan diri. Uni Eropa menyatakan keprihatinan atas “retorika politik tingkat tinggi” yang hanya memperkeruh situasi, tanpa menawarkan solusi konkret.
Negara-negara Arab seperti Qatar, Yordania, dan UEA juga menyerukan agar konflik ini tidak merembet ke seluruh kawasan. Beberapa bahkan meminta Amerika Serikat untuk menggunakan pengaruhnya mendinginkan situasi, bukan malah memperkeras posisi seperti yang dinyatakan oleh Trump.
Politik Dalam Negeri AS dan Dimensi Pemilu
Strategi Politik Trump Jelang Pilpres 2024
Pernyataan keras Donald Trump ini diyakini sebagai bagian dari strategi politiknya menjelang Pilpres 2024. Dengan terus mengangkat isu luar negeri yang “berani”, Trump berusaha membedakan dirinya dari pendekatan Joe Biden yang lebih diplomatis.
Retorika seperti ini lazim digunakan Donald Trump untuk menggaet suara kalangan konservatif dan pro-Israel, terutama dari komunitas evangelis yang sangat peduli pada isu Timur Tengah.
Reaksi Parlemen AS: Terbelah
Anggota Partai Republik umumnya menyambut pernyataan Donald Trump sebagai bentuk kepemimpinan yang jelas dan tegas terhadap ancaman dari Iran. Sebaliknya, politisi dari Partai Demokrat menilai bahwa pernyataan itu hanya akan memperkeruh situasi dan membahayakan kepentingan nasional AS.
Beberapa senator bahkan meminta Komite Hubungan Luar Negeri untuk mengevaluasi ulang peran AS dalam konflik Israel–Iran dan mendesak agar Amerika tidak ikut terseret ke dalam konflik langsung.
Kronologi Ketegangan Israel–Iran Terbaru

Tanggal | Kejadian Utama |
---|---|
5 Juni 2025 | Israel menyerang pangkalan drone milik Iran di Suriah |
7 Juni 2025 | Iran menembakkan rudal balistik jarak menengah ke arah Golan |
8 Juni 2025 | Israel menanggapi dengan serangan udara ke Teheran |
9 Juni 2025 | Trump menyatakan “sangat sulit” menghentikan Israel |
10 Juni 2025 | Iran panggil dubes Swiss mewakili kepentingan AS |
Sikap Trump Jadi Simbol Polarisasi Global
Donald Trump katakan ‘sangat sulit’ minta Israel berhenti serang Iran, dan pernyataan itu kini menjadi cerminan ketegangan geopolitik dunia. Di tengah meningkatnya risiko konflik terbuka di Timur Tengah, sikap para pemimpin dunia termasuk Trump tak hanya membentuk opini publik, tapi bisa ikut menentukan arah sejarah.
Sebagai pengamat politik dan influencer berita, saya melihat momen ini bukan sekadar perseteruan diplomatik. Ini adalah babak baru dalam konflik global yang melibatkan aktor militer, ekonomi, dan opini massa. Dunia menunggu: apakah ini akan menjadi titik balik menuju perdamaian, atau awal dari konfrontasi yang lebih besar?