Tvonline.id – Viralnya foto Presiden Jokowi dengan kondisi kulit memerah memunculkan spekulasi serius di media sosial. Sebagian menduga ia terkena penyakit langka bernama Steven Johnson Syndrome (SJS). Istana pun angkat suara. Apa sebenarnya yang terjadi?
Penampakan di Publik Picu Spekulasi
Dalam kunjungan kerjanya ke Jawa Tengah, Presiden Jokowi terekam kamera dengan kondisi wajah yang tampak memerah dan kulit di sekitar telinga yang terlihat iritasi. Foto dan video tersebut menyebar cepat di platform media sosial, terutama TikTok, X (Twitter), dan Instagram.
Banyak warganet langsung berspekulasi soal kondisi kesehatan Presiden. Bahkan, tak sedikit yang langsung menuduh bahwa itu adalah gejala dari Steven Johnson Syndrome (SJS)—sebuah penyakit kulit yang tergolong langka dan sangat berbahaya.
Mengenal Steven Johnson Syndrome
Apa Itu SJS dan Seberapa Berbahaya?
Steven Johnson Syndrome adalah reaksi alergi berat terhadap obat atau infeksi yang menyerang kulit dan selaput lendir. Meski jarang terjadi, penyakit ini sangat serius dan bisa berakibat fatal jika tidak ditangani segera.
Ciri-Ciri Umum SJS:
- Munculnya bercak merah atau ungu di kulit
- Lepuh dan luka melepuh seperti luka bakar
- Rasa nyeri ekstrem pada kulit
- Luka pada mata, bibir, dan alat kelamin
- Demam tinggi, nyeri sendi, hingga kesulitan bernapas
Biasanya SJS membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit, bahkan sering kali pasien harus dirawat di ruang ICU.
Apa Pemicu Steven Johnson Syndrome?
Pakar medis menyebutkan bahwa pemicu SJS umumnya adalah:
- Obat antibiotik tertentu (seperti sulfonamida)
- Obat antikonvulsan
- Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID)
- Infeksi virus, seperti herpes simplex atau pneumonia
Dalam banyak kasus, reaksi bisa muncul hanya beberapa hari setelah minum obat tertentu.
Respons dari Kalangan Medis
Tidak Bisa Diagnosis Lewat Foto
Dr. Wahyu Hardian, SpKK (dokter spesialis kulit dan kelamin) menegaskan bahwa tidak etis dan tidak profesional mendiagnosis penyakit hanya berdasarkan foto atau video viral.
“Harus dilakukan pemeriksaan fisik langsung, anamnesis, bahkan tes laboratorium. Bisa saja itu hanya dermatitis, eksim ringan, atau alergi biasa,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa dalam kondisi seperti ini, lebih baik menunggu keterangan resmi dari dokter kepresidenan.
Klarifikasi dari Istana Negara
Presiden Tetap Sehat dan Bekerja Seperti Biasa
Menanggapi spekulasi yang beredar, Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana, menyatakan bahwa Presiden dalam keadaan sehat dan tetap menjalankan aktivitas kenegaraan seperti biasa.
“Kami memahami perhatian publik. Namun, kami tegaskan bahwa kondisi Presiden tidak seperti yang dispekulasikan. Saat ini beliau fokus menyelesaikan tugas-tugas penting negara,” ungkap Ari.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh informasi tanpa dasar medis yang valid.
Reaksi Netizen: Terbagi Dua Kubuh
Antara Kepedulian dan Teori Konspirasi
Di media sosial, reaksi publik terbagi dua. Sebagian merasa prihatin dan mendoakan kesehatan Presiden. Namun, tak sedikit pula yang menyebarkan teori konspirasi seputar penyebab kulit Presiden yang terlihat memerah.
Komentar-komentar seperti:
- “Kelihatan banget kayak reaksi alergi obat berat.”
- “Jangan-jangan itu efek dari vaksin?”
- “Coba investigasi lebih dalam, jangan cuma klarifikasi istana.”
Fenomena ini menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap informasi resmi masih bercampur dengan rasa curiga.
Literasi Kesehatan Masih Rendah
Menurut pakar komunikasi digital, Dr. Novi Handayani, viralnya dugaan SJS pada Presiden menunjukkan bahwa masyarakat masih banyak yang tidak memahami perbedaan antara gejala ringan dan gejala medis serius.
“Hanya dari foto, orang bisa menyimpulkan penyakit langka. Ini efek dari overload informasi dan budaya visual yang dominan,” jelasnya.
Ia menyarankan agar edukasi publik tentang penyakit-penyakit serius seperti SJS perlu digalakkan melalui media arus utama.
Apakah Jokowi Pernah Sakit Serius?
Sejauh ini, tidak ada catatan medis terbuka tentang Presiden Jokowi menderita penyakit kronis berat. Ia dikenal cukup sehat dan jarang absen dalam agenda-agenda negara, baik di dalam maupun luar negeri.
Namun, dalam beberapa kesempatan, Presiden memang sempat mengeluhkan alergi ringan dan masalah lambung, yang menurut dokter pribadi masih dalam batas normal.
Risiko Politik dari Spekulasi Kesehatan Pemimpin
Dalam konteks politik, kesehatan seorang Presiden adalah isu sensitif. Terlalu banyak spekulasi bisa menurunkan stabilitas kepercayaan publik, bahkan memicu ketidakpastian ekonomi dan diplomatik.
Isu seperti ini tidak hanya berdampak pada image pribadi Presiden, tetapi juga:
- Persepsi investor terhadap kondisi dalam negeri
- Ketegangan di antara elite politik
- Agenda transisi kekuasaan menjelang akhir masa jabatan
Saring Dulu, Baru Sebar
Sampai saat ini tidak ada data resmi atau pernyataan dari tim medis yang menyebut bahwa Presiden Jokowi mengalami Steven Johnson Syndrome. Informasi tersebut hanya muncul dari opini dan spekulasi netizen yang tidak memiliki kapasitas medis.
Sikap terbaik saat menghadapi isu seperti ini adalah:
- Menunggu pernyataan resmi
- Tidak menyebarkan spekulasi
- Meningkatkan literasi kesehatan pribadi
- Mengedepankan etika dalam membicarakan kesehatan orang lain