Tvonline.id – Virus Hanta,Wabah penyakit kembali menjadi perhatian publik setelah dilaporkan sejumlah buruh bangunan di proyek perumahan Ciwidey, Bandung Barat, jatuh sakit dengan gejala yang mengarah pada infeksi virus Hanta. Kabar ini menggegerkan warga sekitar, terlebih karena virus Hanta dikenal sebagai virus langka namun mematikan yang umumnya menyebar lewat paparan kotoran dan air seni tikus.
Pemerintah daerah dan tim Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat telah turun tangan, melakukan investigasi epidemiologi dan mengkarantina lokasi proyek. Namun, kekhawatiran terus meningkat, terutama karena virus ini bukan penyakit yang umum terdengar di Indonesia.
Apa sebenarnya virus Hanta? Bagaimana cara penyebarannya? Dan apa saja langkah antisipasi yang harus dilakukan, terutama di kawasan proyek dan pemukiman?
Mengenal Virus Hanta: Bukan Sekadar Demam Biasa
Virus Hanta (Hantavirus) adalah jenis virus yang berasal dari hewan pengerat, khususnya tikus. Virus ini dapat menginfeksi manusia melalui partikel udara yang tercemar urin, kotoran, atau air liur tikus. Ketika manusia menghirup partikel yang terkontaminasi, infeksi bisa terjadi.
Terdapat dua jenis penyakit yang umum disebabkan oleh virus Hanta:
- Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) – ditemukan terutama di Amerika.
- Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) – lebih umum di Asia dan Eropa, termasuk yang paling relevan di Indonesia.
Di Indonesia, kasus HFRS lebih mungkin terjadi, meskipun pelaporan resmi masih jarang. Infeksi ini menyerang pembuluh darah dan ginjal, menyebabkan kebocoran kapiler dan gangguan ginjal yang dapat berujung pada gagal organ bahkan kematian.
Kronologi Kejadian di Ciwidey
Insiden bermula saat tiga orang buruh bangunan di proyek perumahan kawasan Ciwidey Selatan mengalami demam tinggi, nyeri otot hebat, dan gangguan buang air kecil. Awalnya diduga sebagai demam berdarah atau tifus, namun hasil pemeriksaan laboratorium di RSUD Soreang menunjukkan adanya indikasi infeksi virus Hanta.
Segera setelah laporan diterima, pihak puskesmas dan Dinas Kesehatan melakukan penyelidikan lapangan. Hasil awal mengindikasikan adanya koloni tikus liar di sekitar lokasi proyek, terutama di gudang bahan bangunan dan tumpukan limbah.
Sampel kotoran dan urin tikus dikirim ke laboratorium Balitbangkes untuk uji PCR, dan dalam waktu dua hari, hasilnya menunjukkan positif Hantavirus.
Gejala Klinis: Tidak Boleh Diremehkan
Gejala infeksi virus Hanta umumnya muncul 1 hingga 2 minggu setelah terpapar. Pada kasus di Ciwidey, para buruh mengalami:
- Demam mendadak hingga 39°C
- Mual dan muntah
- Sakit kepala intens
- Nyeri otot di punggung dan paha
- Penurunan tekanan darah
- Kesulitan buang air kecil
- Kadang disertai bintik perdarahan di kulit
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa memburuk dalam hitungan hari dan berujung pada sindrom gagal ginjal akut atau gangguan paru berat.
Tanggapan Resmi Pemerintah dan Penanganan
Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat telah menyampaikan bahwa seluruh pekerja proyek yang memiliki gejala serupa segera menjalani pemeriksaan lanjutan. Sebanyak 18 orang telah dikarantina sementara untuk mencegah penyebaran lebih luas.
Selain itu, disinfeksi besar-besaran dilakukan di area proyek, termasuk pemusnahan tikus di area sekitar dan penyuluhan kepada seluruh warga dan pekerja proyek tentang sanitasi dan pencegahan Hantavirus.
Pemerintah daerah juga membuka posko pengaduan gejala dan distribusi masker untuk pekerja dan penduduk sekitar.
Faktor Risiko di Lokasi Proyek
Proyek konstruksi sering kali menjadi sarang tikus karena:
- Banyaknya sisa makanan atau limbah organik
- Lokasi penyimpanan barang yang gelap dan lembab
- Minimnya sistem sanitasi dan kebersihan lingkungan
Di Ciwidey, lokasi proyek berada di daerah dataran tinggi dengan vegetasi cukup lebat, yang memperbesar kemungkinan migrasi tikus liar dari area hutan ke pemukiman baru.
Langkah Pencegahan Hantavirus
Bagi masyarakat umum dan para pekerja bangunan, berikut beberapa langkah penting dalam mencegah paparan virus Hanta:
1. Kebersihan Lingkungan
Pastikan area kerja dan hunian bebas dari sisa makanan, tumpukan sampah, dan limbah organik yang bisa menarik perhatian tikus.
2. Gunakan Alat Pelindung Diri
Saat membersihkan gudang atau lokasi lembab, gunakan masker dan sarung tangan, serta semprotkan disinfektan sebelum menyentuh kotoran tikus.
3. Kontrol Hama
Gunakan jasa pengendalian hama secara berkala untuk memastikan koloni tikus tidak berkembang di area kerja.
4. Edukasi Pekerja
Berikan penyuluhan kesehatan rutin kepada para buruh proyek mengenai risiko infeksi zoonosis seperti Hantavirus.
Apakah Virus Hanta Bisa Menular dari Manusia ke Manusia?
Hingga saat ini, berdasarkan penelitian medis, penularan Hantavirus dari manusia ke manusia sangat jarang terjadi, bahkan hampir tidak ada pada jenis HFRS. Artinya, penularan hanya bisa terjadi melalui paparan langsung terhadap kotoran tikus, bukan melalui kontak fisik dengan penderita.
Namun tetap disarankan untuk mengisolasi pasien sementara waktu agar pemulihan berjalan optimal dan risiko infeksi silang bisa ditekan.
Kasus Serupa di Indonesia: Perlu Kewaspadaan Nasional
Walau jarang dilaporkan, kasus Hantavirus di Indonesia kemungkinan lebih sering terjadi daripada yang tercatat, karena banyak infeksi disalahartikan sebagai demam berdarah, tifus, atau infeksi ginjal biasa.
Hal ini menunjukkan pentingnya sistem pelaporan dan pemeriksaan laboratorium yang lebih sensitif terhadap penyakit zoonosis.
Alarm Kesehatan dari Ciwidey untuk Seluruh Indonesia
Kasus virus Hanta di Ciwidey bukan hanya alarm bagi warga Bandung Barat, tetapi juga peringatan nasional akan pentingnya pengendalian lingkungan dan deteksi dini penyakit zoonosis.
Dengan meningkatnya pembangunan dan proyek pemukiman di area pinggiran, risiko manusia bersinggungan dengan habitat alami tikus dan hewan pengerat makin besar. Edukasi, pencegahan, dan sanitasi harus menjadi garda terdepan dalam melawan penyakit seperti Hantavirus.