Tvonline.id – Nama Diogo Jota mungkin tak segegap-gempita Cristiano Ronaldo atau tak semencolok Mohamed Salah di papan skor, tapi di hati para pecinta sepak bola, terutama fans Liverpool dan Wolverhampton, Jota adalah senjata diam-diam yang mematikan. Dalam ketenangannya, tersimpan naluri predator yang kerap kali muncul di saat-saat krusial. Ia bukan tipikal pemain flamboyan, tapi efisiensinya di depan gawang membuatnya disegani bahkan oleh para bek elit Premier League.
Perjalanan Awal Diogo Jota: Dari Pacos de Ferreira ke Spotlight Eropa
Awal Karier di Portugal
Lahir dengan nama lengkap Diogo José Teixeira da Silva di Massarelos, Portugal pada 4 Desember 1996, Jota memulai perjalanannya di akademi Gondomar SC. Namun, namanya mulai mencuat saat ia bergabung bersama Paços de Ferreira di Primeira Liga.
Musim 2015/2016 menjadi titik balik kariernya. Jota mencetak 14 gol dari 35 penampilan liga—prestasi mencolok untuk pemain muda. Tak butuh waktu lama, klub raksasa Spanyol Atlético Madrid memboyongnya, meski tak pernah benar-benar memberinya tempat utama.
Menemukan Ritme di Wolves
Atlético Madrid meminjamkannya ke FC Porto dan kemudian ke Wolverhampton Wanderers (Wolves). Di sinilah Diogo Jota menemukan rumah keduanya.
Bersama Wolves, Jota bertransformasi menjadi penyerang tajam. Di bawah asuhan Nuno Espírito Santo, ia bermain dalam sistem tiga penyerang yang fleksibel, menunjukkan kecepatan, ketajaman penyelesaian akhir, dan kemampuan dribel yang solid.
Selama di Wolves, Jota mencetak lebih dari 40 gol dalam berbagai kompetisi dan membantu klub promosi serta tampil impresif di Premier League. Performanya memikat perhatian Liverpool.
Bersama Liverpool: Senjata Rahasia di Lini Depan
Pembelian Cerdas Jurgen Klopp
Pada September 2020, Liverpool mengumumkan kedatangan Jota dari Wolves dengan nilai transfer yang dilaporkan sekitar £41 juta. Banyak yang mempertanyakan keputusan ini karena Jota bukan nama besar seperti Sancho atau Werner yang saat itu santer dirumorkan ke Anfield.
Namun, Klopp tahu persis yang ia cari. Jota bukan sekadar pemain pelapis. Ia adalah penyerang multitalenta yang bisa bermain di berbagai posisi di lini depan dan memiliki kemampuan menekan lawan tinggi—cocok untuk sistem Gegenpressing Liverpool.
Kontribusi Gemilang di Musim-Musim Awal
Tak butuh waktu lama, Jota langsung mencetak hat-trick di Liga Champions ke gawang Atalanta. Gol demi gol terus mengalir dari kakinya. Meskipun sempat diterpa cedera, Jota tetap mampu memberikan dampak signifikan di setiap pertandingan.
Ia mencetak gol penting melawan Manchester United, Arsenal, dan Tottenham. Bahkan, di musim 2021/2022, Jota sempat menjadi top skor sementara Liverpool, mengungguli Salah dan Mané pada paruh pertama musim.
Gaya Bermain Diogo Jota: Antara Kalem dan Kejam
Pergerakan Tanpa Bola yang Cerdas
Salah satu kelebihan terbesar Jota adalah pergerakan tanpa bola yang luar biasa. Ia tahu bagaimana mencari ruang di antara bek lawan. Ia juga sering berada di posisi yang tepat untuk memanfaatkan rebound atau umpan silang.
Penyelesaian Akhir Klinis
Jota tidak selalu membutuhkan banyak peluang. Ia efisien dan klinis. Penyelesaiannya dengan kepala bahkan kerap mengejutkan, mengingat posturnya yang tidak tinggi (178 cm). Namun, ketepatan timing-nya dalam duel udara membuatnya kerap unggul dalam situasi bola mati.
Mentalitas Juara dan Etos Kerja
Meski tidak vokal di lapangan, Jota adalah pemain yang berdedikasi. Ia jarang melakukan selebrasi flamboyan. Namun, di balik ketenangannya, ada semangat membara dan keinginan untuk menang yang luar biasa.
Diogo Jota di Timnas Portugal
Bersaing di Era Ronaldo
Bermain untuk timnas Portugal di era di mana Cristiano Ronaldo masih menjadi pusat perhatian bukan hal mudah. Namun, Jota tetap mampu mencuri perhatian.
Ia mencetak gol penting di Kualifikasi Euro dan Piala Dunia, serta tampil impresif di UEFA Nations League. Fleksibilitasnya membuatnya menjadi opsi ideal bagi pelatih Fernando Santos.
Sisi Lain Seorang Jota: Gamer Profesional
Di Luar Lapangan: Raja FIFA
Menariknya, Jota juga dikenal sebagai gamer profesional. Ia pernah menjadi pemain nomor satu dunia di game FIFA Ultimate Team. Bahkan, Diogo Jota sempat membuat klub eSports-nya sendiri: Diogo Jota eSports.
Ini memperlihatkan bahwa Diogo Jota tak hanya disiplin dalam latihan dan pertandingan, tetapi juga memiliki daya saing tinggi di luar lapangan—cerminan dari karakternya sebagai seorang atlet sejati.
Saat Cedera, Tim Merindukannya
Jota beberapa kali absen karena cedera panjang, terutama cedera hamstring dan betis. Saat ia tidak bermain, Liverpool seringkali kehilangan variasi serangan dan ketajaman di lini depan.
Fakta ini membuktikan bahwa meski ia bukan pemain yang selalu tampil di iklan atau masuk nominasi Ballon d’Or, perannya begitu vital dalam sistem tim.
Warisan yang Ditinggalkan
Diogo Jota Mewakili Generasi Baru Sepak Bola
Jika harus menggambarkan Diogo Jota dalam satu kalimat, maka dia adalah “the quiet killer”—diam, tak banyak bicara, namun selalu mematikan saat dibutuhkan. Ia membuktikan bahwa pemain tak harus flamboyan untuk jadi penting.
Sebagai fans bola, kita patut menghargai kehadiran pemain seperti Jota. Pemain yang menjunjung tinggi profesionalisme, bermain untuk tim, dan tetap konsisten meski tak selalu disorot kamera.
Si Pendiam yang Tak Pernah Bisa Diabaikan
Diogo Jota mungkin tidak akan masuk daftar pemain terbaik dunia versi FIFA, tapi ia akan selalu diingat oleh para pecinta sepak bola sebagai pemain yang berkontribusi besar, bermain tanpa banyak drama, dan menyuguhkan efisiensi luar biasa di depan gawang.
Di masa depan, entah bersama Liverpool, tim lain, atau Timnas Portugal, Jota tetaplah ancaman berbahaya bagi siapa pun yang menyepelekan kehadirannya.